BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehadiran psikologi memiliki makna layaknya oase ditengah padang pasir yang kering.Pemikiran psikologi yang berkembang dari pemikikiran positivisim meninggalkan sejumlah pertanyaan mengenai nuansa etis dan transenden yang kering.Ini berawal dari paradigma aliran-aliran dalam psikologi Barat yang memandang manusia di penuhi lubido dan kehendak bawah sadar atau hanya sekedar reflex dari respons dan stimulus serta kebebasan mutlak dalam bereksistensi menjadi manusia tanpa keterkaitan transenden dengan Tuhan.
Dalam kehidupan, sering didapatkan banyak manusia yang melakukan pekerjaan dengan gigih, dan banyak pula yang santai, bahkan tidak sedikit yang tidak berbuat apapun. Dengan demikian, manusia berbeda-beda dalam melewati setiap detik dalam kehidupannya. Perbedaan perilaku manusia dalam menyikapi waktu tersebut merupakan gejala-gejala kejiwaan yang menarik perhatian. Di satu waktu, dijumpai seorang petani bermandikan keringat mencangkul sawahnya dari pagi sampai petang. Di tempat lain, didapati ibu-ibu rumah tangga yang berkumpul hanya untuk “ngerumpi”. Di saat yang sama, ada pemuda pengangguran yang hanya duduk-duduk merenungi nasib.
Secara psikologis ada persoalan yang harus dipecahkan, kenapa dalam satu waktu ada orang yang bekerja seperti petani, dan ibu-ibu rumah tangga yang santai, ada pemuda yang terbuai dalam lamunan. Mengapa mereka melakukan perbuatan-perbuatan itu? Dari sudut pandang psikologis, pertanyaan-pertanyaan di atas mempersoalkan tentang sebab atau mengapa sebuah perilaku itu dilakukan. Dalam kajian psikologi, sesuatu yang terdapat dibalik dilakukannya sebuah sikap atau perilaku manusia adalah sesuatu yang dikenal dengan istilah motivasi.
Dorongan yang dating dari dalam untuk berbuat itu yang disebut motif. Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move (Branca, 1964). Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force. Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait-mengait dengan factor lain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motif disebut motivasi.
Kalau seseorang ingin mengetahui mengapa orang berbuat atau berperilaku kea rah sesuatu seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi. Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa motivasi itu mempunyai tiga aspek, yaitu sebagai berikut:
1) Keadaan terdorong dalam diri organisme (a driving state), yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan misalnya kebutuhan jasmani, karena keadaan lingkungan, atau karena keadaan mental seperti berfikir dan ingatan.
2) Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini.
3) Goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan membandingkan pengertian motivasi dari beberapa referensi yang ada.
2. Untuk mengetahui teori-teori tentang motivasi.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian motivasi?
2. Jelaskan dan sebutkan teori-teori tentang motivasi?
3. Sebutkan macam-macam motivasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MOTIVASI
Istilah motivasi baru digunakan sejak awal abad kedua puluh. Selama berates-ratus tahun, manusia dipandang sebagai mahluk rasional dan intelek yang memilih tujuan dan menentukan sederet perbuatan secara bebas. Manusia bebas untuk memilih, dengan pilihan yang baik atau buruk, tergantung pada inteligensi dan pendidikan individu, oleh karenanya manusia bertanggung jawab penuh terhadap setiap perilakunya.
Dalam mendefinisikan konsep motivasi ini terdapat kesulitan, karena seperti telah diungkapkan Atkinson, motivasi merupakan masih suatu konsep yang masih controversial. Konsep motivasi semakin sulit didefenisikan, ketika dalam pembahasan psikologi terdapat istilah motif yang dalam penggunaanya terkadang berbeda dalam istilah motivasi. Dan kadang-kadang motif dan motivasi digunakan secara bersamaan dan dalam makna yang sama, hal ini disebabkan karena pengertian motif dan motivasi keduanya sukar dibedakan secara tegas.
Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk mlakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencaoai suatu tujuan. Beberapa pakar psikologi ada yang membedakan istilah motif dan motivasi, di bawah ini akan dipaparkan beberapa defenisi sebagai berikut:
1. Motivasi menurut Sumadi Suryabrata6 adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.
2. Gates7 dan kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya dengan cara tertentu.
3. Greenberg8 menyebutkan bahwa motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan arah perilaku suatu tujuan.
4. Menurut M. Utsman Najati, motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada mahluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. Motivasi memiliki tiga komponen pokok, yaitu sebagai berikut:
a) Menggerakkan, dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada individu, membawa seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ini ingatan, respon-respon efektif, dan kecendrungan mendapatkan kesenangan.
b) Mengarahkan, berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
c) Menopang, artinya motivasi digunakanuntuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.
5. Menurut Hoyt dan Miskel motivasi adalah kekuatan-kekuatan yang kompleks, dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegangan (tension states), atau mekanisme- mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan yang diinginkan kearah pencapaian tujuan-tujuan personal.
MOTIVASI BEHAVIOR TUJUAN
6. Menurut Atkinson, motivasi seseorang ditentukan oleh dua factor, yaitu harapan terhadap suatu subjek dan nilai dari objek itu. Makin besar harapan seseorang terhadap suatu objek dan makin tinggi nilai objek itu bagi orang tersebut, berarti makin besar motivasinya.
7. McClelland dalam The Encyclopedia Dictionary of Psychology yang disusun oleh Hare dan Lamb mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian atau standar keahlian.
8. Heckhausen mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan.
9. Gage dan Berliner (1984) menjelaskan bahwa motivasi diibaratkan sebagai mesin dan kemudi pada mobil. Mobil tanpa mesin dan dan kemudi hanyalah layaknya manusia yang memiliki badan tak bertenaga dan kendali arah. Padahal dalam pencapaian tujuan seseorang haruslah memiliki daya dorong bagi pemunculan perilaku dan arah dari proses pemunculan perilaku tersebut.
Dari paparan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa motif itu adalah sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang mendorong orang tersebut untuk bersikap dan bertindak guna mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motif dapat juga dikatakan sebagai keadaan diri individu yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan yang ditentukan sendiri.
Pada umumnya mempunyai sifat siklas (melingkar), yaitu motivasi timbul, memicu perilaku tertuju kepada tujuan (goal), dan akhirnya setelah tujuan (goal) tercapai, motivasi itu berhenti. Tetapi itu akan kembali kekeadaan semula apabila ada sesuatu kebutuhan lagi. Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Upaya pemenuhan perilaku termotivasi sehubungan dengan prinsip tersebut dapat dijelaskan oleh siklus motivasi. Sebagaimana tampak pada gambar di atas, motivasi hanya akan muncul jika seseorang benar-benar membutuhkan sesuatu. Kebutuhan tersebut akan disertai dengan ketegangan yang dapat menjadikan seseorang mengalami ketidakseimbangan. Ketegangan (tension) yang dirasakan akan mendorongnya untuk memunculkan tingkah laku yang terarah pada pencapaian tujuan. Jika tujuan tercapai, maka ketegangan menurun dan akan memunculkan kebutuhan baru. Sebagaimana yang dikemukakan Maslow, manusia adalah mahluk yang tidak pernah puas seratus persen. Bagi manusia, kepuasan sifatnya sementara. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi, orang tidak lagi berkeinginan memenuhi kebutuhan tersebut, tetapi berusaha untuk memenuhi kebutuhan lain yang lebih tinggi tingkatannya. Hal itu berarti bahwa dorongan pada manusia pada dasarnya tidak hilang tapi terkurangi.
B. TEORI-TEORI MOTIVASI
1. Teori Hedonisme
Hedonisme adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonism adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Pada abad ketujuh belas, Hobbes menyatakan bahwa apapun alasannya yang siberikan seseorang untuk perilakunya, sebab-sebab terpendam dari semua perilaku itu adalah kecendrungan untuk mencari kesnangan dan menghindari kesusahan.
Oleh karenanya, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternative pemecahan yang dapat mendatangkan kesnangan dari pada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, dan penderitaan. Implikasi dari teori ini adalah adnya anggapan, bahwa semua orang cenderung menghindari hal-hal yang menyulitkan dan lebih menyukai melakukan perbuatan yang mendatangkan kesenangan. Siswa di kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mrndengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika yangmereka bencci tidak dapat mengajar karena sakit. Menurut teori Hedonisme, para siswa harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas belajar matematika, dengan cara memenuhi kesenangannya.
2. Teori Naluri
Tori naluri ini merupakan bagian yang terpenting dari pandangan mekanisme terhadap manusia. Naluri merupakan sesuatu kekuatan biologis bawaan, yang memengaruhi anggota tubuh untuk berlaku dengan cara tertentu dalam keadaaan tepat. Sehingga semua perilaku dan pemikiran manusia merupakan hasil dari naluri yang diwariskan dan tidak ada hubungannya dengan akal.
Menurut teori naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan-kekuatan bawaan, yang menentukan tujuan dan perbuatan yang akan dilakukannya. Freud juga percaya bahwa dalam diri manusia ada sesuatu yang tanpa disadari menentukan setiap sikap dan peerilaku manusia.
3. Teori Reaksi yang Dipelajari
Teori ini berbeda pandangan dengan tindakan atau perilaku manusia yang berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola dan tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seseorang pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.
4. Drive Theory
Teori ini merupakan perpaduan antara “teori naluri” dengan “teori reaksi yang dipelajari”. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya sesuatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada lawan jenis. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada lawan jenis. Namun, cara-cara yang digunakan berlain-lainan bagi tiap individu, menurut latar belakang dan kebudayaan masing-masing.
5. Arousal Theory
Teori ini dikemukakan oleh Elizabeth Duffy. Menurutnya, organism tidak selalu berusaha menghilangkan ketegangan tetapi justru tidak sebaliknya, di mana organisme berusaha meningkatkan ketegangan dalam dirinya. Homeostatis adalah ketegangan optimum yang sifatnya subjektif.
6. Teori Atribusi
Perilaku seseorang ditentukan oleh bagaimana ia menafsirkan atau berusaha mengerti apa yang melatar belakangi peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Teori ini merupakan teori yang dikemukaan oleh kelompok teori kognitif yang berusaha menggambarkan secara sistematik penjelasan-penjelasan perihal kenapa seseorang berhasil atau gagal dalam suatu aktivitas. Ini dijelaskan melalui pendekatan atribusi. Atribusi ialah suatu hal atau keadaan yang dikaitkan dengan (dijadikan alas an terhadap) kesuksesan atau kegagalan dalam suatu aktivitas. Misalnya guru yang tidak enak mengajar, kesehatan yang tidak optimal, pelajaran tidak menarik, ketidakberuntungan, kurang usaha, kurangnya kemampuan, pekerjaan terlalu sulit, salah strategi dan lain-lain.
7. Teori Insentif
Teori insentif mempunyai titik pijak yang berbeda. Teori ini justru berpijak pada factor eksternal yang dapat memicu dan mendorong organism berbuat, dan stimulus eksternal ini disebut insentif. Teori ini berasumsi bahwa organisme akan dapat menyadari tentang akibat atau konsekuensi dari perilaku atau perbuatannya, dan organism akan mendekati kapada insentif yang positif, dan menjauhi insentif yang negative.
8. Teori Insting
Suatu pendapat untuk menjelaskan mengapa organisme itu berbuat atau bertindak dapat dijelaskan dari teori insting. Yang dimaksud dengan insting ialah merupakan predisposisi yang alami (innate) untuk berbuat apabila menghadapi stimulus tertentu. Perbuatan yang mendasarkan atas insting ini tidak memerlukan proses belajar sebelumnya. Pendapat atau pemikiran bahwa insting ini merupakan factor yang mendorong perilaku merupakan pendapat yang sudah cukup tua dalam psikologi. Seperti yang dikemukakan oleh McDougall, yang dalam tahun 1908 menerbitkan bukunya social psychology yang ternyata sangat berpengaruh, yang mengemukakan pendapat bahwa perilaku dan berfikir manusia itu adalah hasil dari inherited instinct. Karena itu menurut pandangan McDougall insting sangat menentukan dalam organism berbuat. McDougall memberikan daftar mengenai insting dan menurutnya insting ini adalah bawaan, dan dapat mengalami perubahan (modifieddalam pengalaman organism. Pendapat McDougall tersebut ternyata berbagai-bagai pendapat yang kurang mendukungnya, antara lain oleh F. Allport sehingga apa yang dikemukakan McDougall tersebut kurang dapat berkembang (Shaw dan Costanzo, 1985).
9. Teori Kebutuhan
Manusia adalah mahluk rasional yang akan mengalami proses kognitif sebelum terjadi respos. Perilaku manusia dikuasai oleh actualizing tendency, yaitu kecendrungan inheren manusia untuk mengembangkan diri. Kecendrungan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan criteria kebutuhannya teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Menurut Maslow, manusia memiliki lima tingkat kebutuhan, yaitu:
a) Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan, kesehatan, kebutuhan seks.
b) Kebutuhan rasa aman dan perlidungan (safety and security). Seperti perlindungan dari bahaya dan ancaman, penyakit, perang, kelaparan, dan perlakuan tidak adil.
c) Kebutuhan social, yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, dan kerja sama.
d) Kebutuhan akan penghargaan, termasuk keebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, status, pangkat.
e) Kebutuhan akan aktualisasi diri, seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, mengembangkan diri secara maksimumu, kreativitas, dan ekspresi diri.
Kadang-kadang istilah “kebutuhan” dan “dorongan” digunakan secara bergantian, namun “kebutuhan” lebih sering mengacu pada keadaan fisiologis, dari hilangnya jaringan-jaringan, dan “dorongan” mengacu pada akibat psikologis dari suatu kebutuhan. Kebutuhan dan dorongan berjalan parallel tetapi tidak identik.
C. MACAM-MACAM MOTIVASI
Pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu ada bermacam-macam. Beberapa yang dikenal diantaranya adalah yang dikemukakan sebagai berikut:
1. Menurut Chaplin motivasi dapat dibagi dua yaitu:
a) Physiological drive
Physiological drive ialah dorongan-dorongan yang bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya.
b) Social motives
Social motives ialah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis. Lindzy G. Hall, memasukkan kebutuhan kelompok, kebutuhan terhadap penghormatan, kebutuhan akan sesuatu yang dicintai ke dalam social motives.
2. Woodworth dan marquis menggolongkan motivasi menjadi tiga macam, yaitu:
a) Kebutuhan-kebutuhan organis
Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan dengan dalam, seperti: makan, minum, kebutuhan bergerak dan istirahat/tidur, dan sebagainya.
b) Motivasi darurat
Motivasi darurat yang mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas , dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar, dan sebagainya. Motivasi ini timbul, jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri manusia. Dalam hal ini motivasi timbul atas keinginan seseorang, tetapi karena perangsang dari luar.
c) Motivasi objektif
Yaitu motivasi yang diarahkan kepada objek atau tujuan tertentu di sekitar kita, motif ini mencakup, kebutuhan untuk eksplorasi, manipulasi, menaruh minat. Motivasi ini timbul karena dorongan untuk menghadapi dunia secara efektif.
3. Selain itu Woodworth juga mengklasifikasikan motivasi menjadi dua bagian, yaitu:
a) Unlearned motives
Unlearned motives, adalah motivasi pokok yang tidak dipelajari atau motivasi bawaan. Yaitu motivasi yang di bawa sejak lahir, seperti dorongan untuk makan, minum, seksual, bergerak dan istirahat. Motif ini sering disebut juga
b) Learned motives
Learned motives adalah moyivasi yang timbul karena dipelajari, seperti misalnya, dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan, mengejar jabatan, dan lain sebagaunya. Motivasi ini sering disebut motivasi yang diisyaratkan secara social, karena manusia hidup dalam lingkungan social.
4. Selain pendapat dari tokoh di atas, beberapa psikologi ada yang membagi motivasi menjadi dua yaitu:
a) Motivasi intrinsic
Motivasi intrinsic ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa dirangsang dari luar. Misalnya, orang yang gemar memebaca, tidak usah ada yang mendorong, ia akan mencari sendiri buku-bukunya untuk dibaca. Motif intrisik juga diartikan sebagai motivasi yang pendorongnya ada kaitan langsung dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam tujuan pekerjaan sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa tekun mempelajari mata kuliah psikologi karena ia ingin sekali menguasai mata kulih itu.
b) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang karena adanya perangsangan dari luar, seperti, seorang mahasiswa rajin belajar karena akan ujian. Motivasi ekstrinsik ini juga dapat diartikan sebagi motivasi yang pendorongnya tidak ada hubungannya dengan nilai yang terkandung dalam tujuan pekerjaannya. Seperti seorang mahasiswa mau mengerjakan tugas karena takut pada dosen.
Namun jika melihat kajian tentang manusia, bahwa manusia itu hanya terdiri atas dua unsur, yaitu: fisik dan psikis. Maka pembagian motivasi cukup ada dua, yaitu motivasi psiologis dan motivasi psikis yang mencakup motivasi spiritual. W.A Gerungan menybutkan dengan motivasi biogenetis, motivasi sosiogenetis, dan motivasi teogenesis. Memang, motivasi spirituallah yang cenderung dilupakan oleh para psikologi modern. Padahal dalam keseharian motivasi spiritual dapat dirasakan. Seperti diungkapkan Lindzy, dorongan yang berhubungan dengan aspek spiritual dalam diri manusia selalu ada, seperti dorongan untuk beragama, kebenaran dan keadilan, benci terjadap kejahatan, kebatilan, dan kezaliman. Menurut Maslow kebutuhan spiritual manusia merupakan kebutuhan alami yang integritas perkembangan dan kematangan kepribadian individu sangat tergantung pada pemenuhan kebutuhan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Motif adal keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Jadi, motif bukanlah hal yangdapat diamati, tetapi adalah hal yang dapat disimpulakn adanya karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesutau kekuatan dalam diri orang itu, kekuatan pendorong inilah yang kita sebut motif.
Namun jika melihat kajian tentang manusia, bahwa manusia itu hanya terdiri atas dua unsur, yaitu: fisik dan psikis. Maka pembagian motivasi cukup ada dua, yaitu motivasi psiologis dan motivasi psikis yang mencakup motivasi spiritual.
Kadang-kadang istilah “kebutuhan” dan “dorongan” digunakan secara bergantian, namun “kebutuhan” lebih sering mengacu pada keadaan fisiologis, dari hilangnya jaringan-jaringan, dan “dorongan” mengacu pada akibat psikologis dari suatu kebutuhan. Kebutuhan dan dorongan berjalan parallel tetapi tidak identik.
B. SARAN
Dengan keterbatasan yang ada baik dari segi waktu maupun wawasan penyusun yang masih minim kemungkinan pada makalah ini ditemukan berbagai kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu dengan lapang dada penyusun berharap serta bersedia menerima kritik dan saran dari teman-teman, yang membangun guna untuk menambah wawasan penyusun.
Selasa, 26 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar